T Y A

T Y A

Minggu, 21 Agustus 2011

WOMEN INSPIRATION: Essai pertama :)

WOMEN INSPIRATION: Essai pertama :): Takut UAN = Mengingat Tuhan Oleh : Siti Aminah HADAD (essai ini di buat dalam rangka mengikuti kompetisi menulis essai yang di selenggara...

Essai pertama :)

Takut UAN = Mengingat Tuhan

Oleh : Siti Aminah HADAD
(essai ini di buat dalam rangka mengikuti kompetisi menulis essai yang di selenggarakan oleh “SMAN 30”dengan tema “Metamorfosis”untuk memperingati hari ulang tahun sekolah)

Hampir 1 tahun sudah saya mengenyam dunia pendidikan di sekolah ini.saya lihat tidak ada yang berbeda dari sekolah-sekolah unggulan yang begitu banyak di perbincangkan.Gedung sekolah ibarat penjara.apabila sudah masuk kedalamnya murid harus mengikuti segala peraturan.guru-guru bagaikan bodyguard yang siap memantau murid,dan memberi hukuman jika si murid itu tidak mampu mengerjakan tugas.apabila murid membangkang maka guru akan marah.guru mendikte murid mencatat.murid cukup menjadi penurut saja.kalau nilainya bagus masukan keurutan 10 besar dan di beri gelar bintang pelajar.dalam proses belajarpun bila si murid kritis dalam berbicara atau murid berani mengkritik guru walaupun pada saat itu guru yang bersalah,tetap saja si murid yang di kena hukuman dengan alasan tidak sopan.guru tidak pernah salah.

Di sini kita masih berpresepsi kalau pendidikan itu sebatas industri sekolahan.ada uang,dan menjadi guru karena ingin dibayar,jadi PNS,amanlah kehidupan.urusan murid bisa apa,tak peduli.

Belakangan ini saya mencoba membaca lingkungan.dimana sampailah kita di penghujung semester situasi yang kerap kali saya rasakan sebelumnya.seperti ada yang berbeda.para siswa seperti mendapat hidayah dari tuhan.masjid tempat beribadah umat islam,ramai di kunjungi siswa yang biasanya tidak saya lihat sebelumnya.

Berbondongnya siswa datang ke masjid membuat saya berpikir nyeleneh.loh kok tumben.tidak biasanya mereka datang kemari.saya melihat kok seperti aneh,bukan siswanya yang aneh beribadah,tapi waktu mereka beribadah itu.heran.seperti ada dorongan sampai mereka tinggalkan aktivitas bersantai di kantin atau di lingkungan sekolah di bandingkan menyisihkan sedikit waktunya untuk mensucikan diri segenap bersyukur kepada tuhan.

Di sisi lain saya mulai memperhatikan gelagat wajah siswa-siswa baru di masjid.ternyata yang membuat mereka mendadak mengingat tuhan karena akan datangnya UAS dan UAN di hadapan mereka nanti.pantas saja siswa berbondong bondong ke masjid untuk beribadah kepada tuhan (Allah SWT).mereka takut bila nanti tidak bisa menghadapi UAS dan UAN.lantas jalan yang mereka ambil adalah memanfaatkan waktu untuk ikhtiar dan berdoa.

Sebenarnya apa yang mereka lakukan itu baik.tapi waktunya itu loh yang kurang pas.coba saja di lakukan sejak dulu,jadi orang tak memandang miring.kalau ibadahnya hanya niat untuk di permudah UAN & UAS saja,lantas setelah ujian itu selesai,selesai pula ibadahnya mereka.coba niatnya hanya untuk Allah semata.toh tujuan kita hidup itu kan mencari ridhonya.ridho siapa??yaa pasti ridho gusti Allah.

Rasa takut itu memang bisa menimbulkan nilai positif dan negatif.positifnya yaa itu tadi,siswa yang takut nilai UASnya hancur atau UANnya tidak lulus ia berdoa dan memeohon agar nilainya bagus dan lulus.somoga doa mereka di jabah oleh Allah.amiiin ..

Sangat baik bila rasa takut itu bisa membuat orang mengingat tuhan.seperti tadi itu.tapi bagaimana dengan takut yang bernilai negtaif? Mari Saya akan memberi contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari misalanya orang yang takut akan lapar maka ia mencuri,pejabat yang takut turun dari jabatannya maka ia akan menipu rakyat untuk mempertahankan jabatannya,orang kaya yang memiliki harta yang melimpah ia takut hartanya hilang di rampas maling,lantas ia membuat penjaga anti maling.astagfirullah hal’adzim.terlalalu berlebihan.padahal tuhan sendiri (Allah SWT) tidak menyukai sesuatu yang berlebihan.

Sepertinya bila kita beribadah hanya karena menjelang UAS atau UAN saja kurang sempurna yaa.. lebih baik di lakukan secara rutin setiap hari sesuai dengan waktunya.tidak dengan cara menduakan Allah dengan mementingkan kelulusan dan nilai semester dibandingkan keridhoan Allah.padahal kita sendiri sudah tau jika sang khalik ridho maka urusan dunia akan bisa berjalan dengan mudah.

Bukannya saya orang yang idealis yang hanya bisa kritik saja.saya hanya orang biasa yang di mata tuhan hanyalah kerikil tidak berharga tanpa membuat sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain.saya hanya mengharapkan tumbuhnya nilai positivis.itu saja tujuan saya.tidak lebih.

Semua ketakutan yang kita alami adalah ujian dari tuhan.sejauh mana kita dapat menghadapinya dengan ikhlas dan sabar.ingat tuhan maha mengetahui tidak usahlah merasa gelisah mengahadapi itu semua.dengan ikhtiar yang sempurna dan doa semua akan berakhir dengan senyuman kemenangan.insya Allah


Puisi cinta dari dia

Isyarat hati

Isyarat hati ...
Didalam lubuk hatiku
Tersimpan banyak cerita tentang aku dan dia ..
Aku sadar hanya kau yang ada dalam hatiku ..
Kau sangat berarti dalam hidupku ..

Tiada lagi tempat di hatiku,selain dirimu seorang
Aku sadar ..
Aku tak akan bisa kehilanganmu ..
Aku mohon tetaplah di sisiku dan jangan pernah tinggalkan aku ..
Itulah isyarat hati ku ...



Twinsa randa






Cinta putih

Sungguh belum pernah aku merasakan cinta seperti ini
Ingin rasanya ku peluk dirimu agar kau tau betapa sayangnya aku padamu ..
begitu sayangnya aku padamu,aku tak ingin kehilanganmu.
Ingin rasanya ku berada si sisimu selalu
Agar kita tetap bersama

Aku ingin cinta ini sel;alu menemaniku dalam suka dan duka
Dan selau ada di anara kita
Aku ingin menemanimu dalam setiapa waktu
Aku berharap kau pun begitui padaku
Hati ini selalu berkata
Kaulah cinta putihku ..


Twinsa randa




Kau lah yang mebuat aku bahagia

Di kala aku sedang terpuruk dalam hari hariku
Kaulah yang dapat mebuatku menjadi ceria

Setiap kali ku memandangmu terasa senag hatiku
Setiap kali kau dio sampingku hatiku tersa nyaman dan tenag
Tapi keti8ka kau menjauh dariku
Aku mersak sedih dan gelisah
Hatiku cemas memukirkanmu
Tak cukup sehariku bertemu dan bertatap mukan denganmu
Aku ingin kau selau ada di sampingku untuk selamanya ..




Twinsa randa




pesan singkat , tapi meneteskan air mata

Agar Adik tetap Menulis

“Aku pernah berpesan padanya, menulislah dimanapun dan kapanpun adik berada. Kemudian berpikirlah tentang apapun saat adik dalam keadaan sulit ataupun senang, jangan berhenti ! karena kita hidup, bukan sedang mati”



SABTU ITU MATAHARI MENYAPAKU AGAK PAGI, jam dinding menunjukkan angka 06:30 WIB.Tetapi terik sinar sudah menjamah bahu badanku, sampai retina mata kaget dibuatnya, silau. Sedikit beban pikiran agak mengganjal. Tidak seperti biasa.
Kali pertama rupanya saya ingat bahwa jadwal mengajar dimulai hari ini, Saya diamanahi untuk menjadi pengajar guru ektrakulikuler Jurnalistikdi SMAN 30. Dengan bismillah saya akan mencoba berbagi wawasan tentang bidang yang sudah kugeluti sejak ada di bangku SD. Meski tak serumit sekarang dengan segala konsekuensinya.
Saya kemudian berjalan dengan berjuta tanda tanya tentang gambaran siswa didik di eskul jurnalistik. Saat itu yang terbayang adalah apa yang mengisi benak saya tentang dunia itu di kampus. Jika digambarkan pers mahasiswa identik dengan ideologi kiri, berpenampilan minimalis, alias serba irit. Baju jarang ganti, ahkan celana yang sudah robek pun dikenakan.
Sesampai di sekolah. Saya hanya kenal Adi, ketua kelompok eskul jurnalistik. Dari dia kemudian saya berkenalan dengan seluruh anggota lain. Pada saat itu yang datang hanya 4 orang. Tya, Nisa, Sara, dan Adi. Mereka adik yang manis. Saya melihat ada ketulusan untuk belajar. Karena itu saya juga semangat. Dan kita sama-sama semangat.
Ketika awal, mungkin saya bicara terlalu berat, sampai mereka mengerutkan kening. Kemudian bertanya berulang kali tentang penjelasan materi saya. Disatu sisi saya bilang itu hanya soal adaptasi. Tapi disisi lain mereka jadi semakin bingung. Lalu saya harus bagaimana ?
Memang. Gaya pembawaan saya lebih kepada segmen mahasiswa ketimbang menyesuaikan dengan memberi materi dengan gaya siswa. Karena di kampus, saya sering memberikan materi pengantar diskusi ataupun penulisan. Bertuturpun jadi amat terkesan serius. Maklum baru belajar mengajar. Sebagai calon lulusan sarjana pendidikan saya dituntut untuk mengusai kelas dan berlatih berbicara.
Ini adalah ajang saya mengajar sekaligus juga belajar. Tak apalah mereka bicara tidak senang dengan pembawaan saya. Tetap menyikapinya dengan hati yang berharap kita semua bisa saling memahami. Sampai kapanpun kita, pernah bertemu dan saling berbagi tentang gagasan.

HARI BERGANTI MINGGU, KEMUDIAN MENJADI BULAN. Pertemuan kita sudah beberapa kali tidak berjalan. Entah apa yang terjadi. Tapi sebelum itu, Tya pernah berkata “eskul kita mau dibekukan kak” wajah cemas. Mungkin karena kejadian itu, kita jadi pupus. Saya pernah bilang tentang solusinya. “tolong dibicarakan dengan terbuka bersama Bu Rossa”. Setelah itu saya pun tidak tahu kabar jalannya tindak lanjut tersebut.
Kini eskul jurnalisme benar-benar tidak ada. Karena mereka kehilangan generasi penerus. Tidak ada yang berminat mendalaminya. Ditambah dukungan yang minim dari pihak sekolah. Lengkap sudah alasan untuk tutup buku. Tinggal kenangan yang bisa membuatnya ada kembali. Dalam angan, dalam ilusi.
Tapi setidaknya saya berharap, dari yang pernah mengikuti eskul jurnallisme bisa terus menulis tanpa henti. Menyalurkan pikiran mereka dengan menulis. Menjadi contoh bagi siswa lain. Membuat bangga guru di sekolah. Harapan itu tentunya berujung pada hidup kembali eskul jurnalisme sebagai pilar berjalannya kreativitas serta aspirasi siswa.
Saya pun sebenarnya dalam posisi serba salah, karena status mengajar belum jelas. Tidak pernah mendapat surat tugas. Apalagi berbincang tentang progress eskul jurnalisme dengan pihak sekolah. Oleh karenanya saya tidak ingin banyak bersuara soal masalah ini. Semoga menjadi keputusan yang tidak berat dihadapan dua pilah.
Sehingga bila suatu waktu eskul ini tidak berjalan lagi. Tidak ada pihak yang dititikberatkan sebagai objek. Harapannya begitu. Kemudian yang terpenting adalah semua bisa mencari titik terang yang objektif untuk mencari jalan keluar dari semuanya. Untuk kesinambungan.

TYA BEBERAPA KALI BERSUAR DENGAN SAYA LEWAT PESAN SINGKAT. Namun tidak untuk membicarakan eskul kami, jurnalistik. Komunikasi kami bersifat pribadi. Tentang pertemanan, persaudaraan, permasalahan, dan solusinya. Dari situlah kami menjadi akrab.
Dari situ kemudian saya mengajaknya untuk terus membaca dan menulis. Sedikit demi sedikit minatnya mulai tumbuh. Harapan saya semoga dua aktivitas itu bisa menjadi gaya hidupnya, dijalani dengan kesadaran penuh. Karena kebutuhannya akan ilmu dan informasi.
Meski kita jarang bertemu, tapi saya harap kita tidak putus komunikasi. Meski sekedar tegur sapa belaka. Esensinya adalah menyambung silaturahmi. Demi suatu persaudaraan. Lanjutannya adalah meneruskan etikad kita untuk tetap menulis selamanya.
Jika saya ingin bercurah hati, ingin rasanya berpesan:

Adik, tetaplah menulis. untuk dirimu.
Karena hanya dengan itu kita ada.
Kita diakui. Dan kemudian dikenal orang.

Adik, tetaplah menulis. Untuk dirimu.
Meski tintamu habis.
Biarkan tetes air matamu
menjadi penggantinya.

Adik, tetaplah menulis. Untuk dirimu.
Agar kita bisa bertemu di masa dating
Berbincang tentang gagasan
Yang kita buat lewat tulisan

Adik, tetaplah menulis. Untuk dirimu.
Niscaya dunia ini milikmu
Dan orang lain ada dipundakmu
Agar kamu merasa dibutuhkan
Dan selalu menulis untuk dunia

Semoga semua adalah takdir yang baik. Dibalik uapaya kiya merajut asa untuk hari depan. Bahwa tidak ada sesuatupun yang luput dari suratan upaya kita jika ada kemauan. Semoga tulisan ini berbuah kemauan untuk menulis kembali…