T Y A

T Y A

Kamis, 11 Februari 2016

Terimakasih, Kamu~~^

hai blogg..
hai, matahari pagi yang masih tertidur dengan cantiknya dibalik awan ..
mengapa engkau tidak bangun? 
pagi sudah datang
bangunlah
karena aku merindukanmu


Aku mulai merindukan sinarmu, matahari. yang selalu menyilaukan mataku dipagi hari lewat celah jendela ruang kerja ku. 
mengapa pagi ini kau begitu sendu? malu kah kau tampakan dirimu ?
mengapa kau bersembunyi ? atau karena hujan ? 


Pagi adalah sebuah harapan, dimana harapan itu kembali ditaruh dalam kehidupan..


Dan harapan ku, adalah ... kamu.


Hai kamu, yang disana ? 
aku ingin mamanggil namamu, tapi dunia begitu sinis mamandangku jika aku menyebut namamu.
tatapan mata yang begitu menakutkan jika aku melihatmu..
ucapan kata yang begitu menyakitkan jika aku mengingatmu ..

ketidakberanianku pada dunia, membuat aku mengenangmu di lubuk  terdalam diruang hatiku.
aku memilih diam dan membisu. tidak ingin berbicara apapun tentang dirimu.
karena mengigatmu saja, itu sudah cukup menyakitkan untuk-ku ..

Aku pernah mengukir namamu di hamparan pasir sahara lautan, tapi bukan ombak yang menghapusnya bukan juga angin tetapi aku yang menghapusnya, karena ketidaksanggupan ku menceritakan namamu pada dunia. 


kamu, yang tak ingin ku sebut namanya ...
aku sedang melihatmu..
bukan, aku bukan menjadi penguntit hidupmu .. aku melihatmu lewat kenangan yang masih tertata rapi dalam ingatanku. aku masih menyusun ingatan itu sesuai dengan urutannya..


aku pikir, aku telah menghapusmu dari hatiku.. namun ternyata kamu masih tersimpan rapi didalam ingatanku. 
karena pusat indera manusia ada pada otaknya, jika aku sakit hati maka aku harus menghapusmu dari ingatanku bukan hatiku.


menulis tentang kamu, seperti memasuki lorong panjang yang begitu gelap, dimana jarak pandangku yang begitu dekat, bahkan aku tidak dapat melihat bayangan tubuhku. begitu sulit. dan mengapa sebegitu merepotkan menulis tentangmu. kurangkai kata indah lalu ku hapus juga seketika, begitu. dan terjadi berulang ulang kali.

seperti itulah kiranya, aku menulis lalu menghapusnya. mencintaimu lalu melupakannya. sesederhana itu. Harusnya.

sebuah tulisan Ini bukan rindu yang terus menggebu tentangmu. Bukan juga tentang rasa yang masih tertinggal di hati ini untukmu.hanyalah sebuah tulisan tentang kita yang ingin aku banggakan. Iya, aku bangga pernah memilikimu. Aku bangga pernah menjadi setengah bagian dari hidupmu, dan aku bangga pernah menjadi wanita tercantik setelah ibu-mu. Saat itu.

dan saat ini hanyalah serangkaian rindu yang terkumpul dan berani ku torehkan hanya disebuah tulisan.


untuk ku kamu seperti halnya sebuah halaman , halaman yang pernah ku baca, halaman yang pernah memberikan aku arti hidup. dan kini aku kembali membuka halaman yang sudah ku tutup rapat, bukan untuk tenggelam didalamnya, namun hanya untuk menengok perjalanan panjang yang pernah ku arungi bersamamu.



membuka satu demi satu lebar halaman, seperti menoreh luka yang dalam, luka yang telah berusaha kututup rapat kembali merah menganga.
Hujan dimataku pecah lagi dan kini tak ada jemarimu menghapusnya. Jadi bagaimana hujan ini akan mereda?
perdulikah kamu ? Entahlah ...


kini aku yang kecanduan merindukanmu, setiap jengkal arteri dari tubuhmu. 

Mencoba menerka-nerka aroma tubuhmu yang kian memudar dari ingatan. Dan aku baru benar-benar mulai jatuh cinta pada matamu yang menyimpan senja dan kebahagiaan. Dan senyumanmu yang membuat aku luluh.
Aku baru menyadarinnya setelah kamu menjadi kenangan. 
kenangan? aku tidak terbiasa dengan kata itu. begitu usang untuk " kita 


Begitu sakit memanggilmu dengan sebutan kenangan, aku bahkan meneteskan air mata saat menulis paragraf ini. Haruskan kisah cinta ini akan berakhir pada paragraf terakhir.. akan kah semuanya berakhir meski masih terasa indah. Bahkan aku sendiri belum tau kata apa yang pantas untuk akhir dari tulisan ini. 

aku hanya akan menulis dan terus menulis sampai jari jemari ini lelah mengukir kata demi kata untuk mengenangmu, lelaki yang tak ingin ku sebut namanya..

kita memang pernah bersama, berbagi segala menjadi dua belahan diri yang hanya utuh jika bersatu. Saling menaugi bagaikan langit, saling menjelma menjadi udara bagaikan paru-paru satu sama lain. itu sebabnya saat kamu pergi aku limbung. rapuh dan entahlah..
langitku gelap seperti hendak runtuh, napasku sesak tanpa udara. Aku kehilangan.

Entah aku yang begitu mencintaimu, atau aku yang memaksakan untuk tetap mencintaimu, sebegitu banyak aku berpikir untuk melupakanmu hanya rindu yang mengiris hatiku.
Sebegitu banyak aku mencoba membencimu dengan segala ingatan mimpi buruk yang kau berikan.. hatiku menolaknya. 


Aku paham. Tidak lama, cerita kita akan menjelma sebagai elegi yang dinyanyikan dari hati hati yang menjerit. Atau hanya  sebagai dongeng pengantar tidur. Atau akan menjadi olokan bagi teman-temanmu
Dan kini aku sempurna paham, bahwa kehilangan tidak lebih menyakitkan daripada sebuah kerinduan. Alam sadarku berpegang teguh pada gengsi akan rindu yang memang tak pernah jengah menghampiriku, dan ketidak sadaranku semakin bersiasat untuk merealisasikan rasa rindu yang ternyata masih ku porsikan untukmu. Ini jelas mengusik ketenanganku. 


Aku masih mendengar suara ombak yang menyapu lautan malam itu, Semilir angin malam yang menembus setiap pori pori kulitku.. tetap saja keindahan laut malam itu aku tak bisa melihatnya, karna 
kegelapan menutupinya.
Untungnya aku melihat bintang yang bertaburan diangkasa, menebar keindahan dengan pola yang tak menentu.. aku menatap bintang bintang itu seraya berbisik... aku merindukanmu duhai lelaki yang disana

Masih adakah kamu dijalan yang sama ? atau memang kita tak pernah dijalan yang sama ?

Maaf ...
Ketika genggaman tangan kita perlahan mulai rengang
Ketika dekapan pelukan perlahan mulai terlepas
Ketika suara, canda, dan tawamu mulai terdengar jauh
Sebab tujuan kita sudah tak lagi sama seperti dulu...
aku bisa apa, jika kamu hanya diam dan tak memberiku kepastian..
maka disini.


aku hanya ingin berterimkasih..
Terimakasih cinta ..
Terimaka kasih cinta telah mengajariku arti sebuah kebersamaan, seperti pohon  kaktus yang tak pernah pisah dari duri nya, seperti mawar merah yang indah lengkap dengan dengan tangkainya,
Mawar ? Yaa.. mawar yang sudah kering yang harumnya tidak seperti dulu.


Seperti aku dan kamu... yang dulu pernah saling bersama mengumbar tawa dan canda.
Terimakasih cinta, telah mengajariku arti sebuah kehilangan,  hingga akhirnya aku menyadari arti saling memilki ...


Terimakasih cinta, yang telah memberikan kesempatan, meski aku tau kesempatan itu bukan untuk kembali ke masa lalu, tetapi kesempatan untuk bisa lebih baik dimasa yang akan datang...


Tak lupa juga aku ucapkan, terimakasih kamu ... setiap waktu yang berjalan yang banyak kita habiskan bersama, teriamaksih kamu, yang dulu ku cinta ;)
Rasanya benar usang dan begitu menyakitkan ketika aku mulai menulis ini.

Tahukah kamu? menyeduhkan minuman hangat dan menemanimu berkerja di depan komputer hingga larut malam” adalah impian kecilku waktu itu,impian wanita yang terinspirasi dari iklan teh di layar kaca. hehe


Seandainya aku mempunyai keberanian menyebut namamu, mamanggilku dan mengajakmu bertemu kembali ...
kita berjalan, sambil bercerita.. 
membuka satu demi satu halaman ditemani secangkir minuman hangat. tertawa melepas canda dan tawa..


Seandainya, aku mampu dan kamu bisa. kiranya kita dapat menengok kisah kita berdua bersama, mengarungi semua keindahan yang pernah kita impikan.. menjadikan istanamu dan istanaku menjadi satu kembali ?

Seandainya, waktu akan berputar membawa kita pada mimpi yang pernah kita rangkau bersama, membawa kita pada harapan yang kita gantung bersama.. membawa kita pada, Ah sudahlah. itu hanya mimpi


Dan seandainya, tiga paragraf  "Seandainya " diatas bisa kau bantu menghapusnya.. bisa kah ?


Tidak terasa waktu berputar begitu cepat, dan kita sudah berjalan di arah yang berbeda. Pagikupun telah berlalu, benar saja aku tidak melihat matahari hari ini. pantas saja begitu sendu ? 
mataharipun mengerti.



Untukmu, Semoga selalu baik.
Aku tetap mencintaimu, melalui doa yang kuhantar di setiap pertemuanku dengan Tuhan.