T Y A

T Y A

Jumat, 26 Desember 2014

Dari seorang teman, untuk temannya



Aku ambil secangkir kopiyang tepat berada disampingku, pikirku kopi ini pasti sudah dingin.. lalu aku mengirupnya, rongga mulutku mulai merasakan aliran kopi yang ku hirup tadi. Benar saja sudah dingin. Kalau saja aku menghirupnya sejak tadi mungkin rasanya akan nikmat untuk menemani malam ini.

Kesehatan belakangan ini menjadi kurang baik karna aku masih saja kerasa kepala untuk berhenti mengkonsumsi  minuman berkafein itu. Bicara kopi tak lepas dari ampasnya.. yang rasanya pahit namun masih bisa menjadi secangkir kopi kembali jika aku menambahkan sedikit gula didadalamnya. Meski rasanya tak senikmat kopi yang baru...

 Bicara hati... sepertinya aku sedang memikirkan seseorang.. bukaan, dia bukan kekasihku melainkah kekasih oranglain. Ini kali pertama aku memikirkannya dan menulis cerita tentangnya. Sebenarnya dia bukan orang baru yang ada dihidupku, aku sudah mengenalnya cukup lama.. sedikitnya aku tau beberapa tentang hidupnya begitu dia juga terhadapku. Dia hanyalah orang yang baru kuhadirkan dalam paragraf tulisanku malam ini.

Aku mengenalnya karna aku mengenyam dunia pendidikan diatap gedung yang sama.. tak ada yang istimewa karna dia hanyalah teman seperti yang lainnya....

 Kata “tak ada yang istimewa” telah berubah malam ini, aku mamikirkannya... merindukannya... dan menginginkan dia hadir saat ini, entahlah alasannya aku juga belum mengerti.

Menulis tulisan ini memang membutuhkan waktu. benar saja paragraf awal kutulis sepekan yang lalu namun tak sampai pada paragraf akhir, tapi pagi ini aku ingin mengakhiri tulisan ini sampai pada paragraf terakhir..

Yaa lagi lagi aku memikirkannya, di pagi yang sendu ini.. ditemani suara gemercik hujan dan angin yang berhembus lewat jendela kamarku. Aku merasakan sejuknya angin pagi ini menembus setiap pori pori kulitku, begitu nyaman dan syahdunya.

Memulai kembali melanjutkan tulisan ini dengan hirupan pertama kopi pagi ini. Iya benar aku masih mengkonsumsinya. Entahlah bicara cinta memang tak lepas seperti kopi. Hirupan pertama begitu nikmat dan hangat.. jika sudah sampailah aku pada hirupan terkahir  mendekati ampas saat itu lah pahitnya kopi mulai terasa. Sudah tau rasanya akan pahit di akhir tapi masih saja aku menghirupnya.


Aku melihat sekeliling ruang kamarku, mataku hanya fokus pada langi langit kamar.. aku diam memejamkan mata dan mulai membayangkan tentang dirinya.. tentang kamu yang saat ini aku rindukan dan aku berselimut dengan tulisannya untuk mengenang sosokmu.

 “tidak ada kata untuk mengakhiri semuanya, karna tidak ada kata juga sewaktu kita memulainya” mungkin aku akan mengingat baik baik ungkapan itu. Aku tak ingin bicara perihal cinta dengan mu.. karna yang terjadi hanyalah sebuah kecelakaan. Tapi apalah aku malah hanyut dalam luka kecelakaan itu. Tahu rasanya akan sakit dan benar memang sakit. Aku merasakannya saat ini, saat aku menulis ini.

 Aku mengutip kata terakhir dari pesan yang kamu tulis, “ tidak akan pernah menjadi nyata, jangan menunggu, karna tak akan ada kepastian jika menunggu “ begitu kiranya maksudmu.. aku pun tersenyum membaca pesanmu pagi ini.

Aku sama sekali tidak menyesali apa yang terjdi saat ini. Memang akan berakhir seperti ini, karna tak adanya syarat... ikatan ... apalagi sebuah mimpi membangun kebahagiaan bersama. Kita hanya menikmati setiap waktu yang berjalan... dan waktu yang berjalan mungkin sudah sampai pada akhirnya. Kenyataan bahwa semua tidaklah indah. Yang ku bilang istimewa hanyalah kiasan. Dan kamu hanyanlah lukisan usang saat ini..

Saat itu kamu datang dengan membawa harapan, aku pun membentangkan tanganku menerima harapanmu.. aku memeluk harapanmu dengan harapan semuanya akan indah. Itulah sebuah kesalahan. Aku seperti terhipnotis akan sosokmu.

“Anganku terperosok dan terjebak dalam kharismamu, mungkin bidadari dan peri yang kau agungkan membuat kering kerontang isi hati ku, mampukah aku bertahan ? “

 Dan saat aku memejamkan mata aku masih merasakan saat tanganmu menyentuh wajahku, mengahapus kesedihanku, aku melihat matamu dengan dengan segaris senyuman dibibirmu. Dalam sekejap aku terhanyut dalam lingkaran tanganmu, aku dipelukanmu. Entahah semua terjadi begitu saja. Seperti tak ada jarak.

Waktu berjalan begitu cepat hingga membawaku pada tulisanku saat ini.

Mungkin kita akan bertemu, akan bertatap muka, bertegur sapa atau mungkin mengumabr senyuman. Entah dalam waktu dekat ini atau kapan..

 Saat aku bertemu denganmu, nanti ..ketahuilah semua sudahlah berubah..


Sampai disini aku masih merasa bingung mengakhiri paragraf tulisan ini dengan kata apa. Berkali kali aku menulis lalu bekali kali juga aku mengapus. Untuk sampai pada paragraf ini aku berkutik didepan tulisan ini hampir 4 jam sejak shubuh tadi. Mengapa begitu sulit membuat paragraf terakhir ...

Aku membaca kembali isi pesanmu tadi malam, akhirnya akupun mengerti ...

Disinilah, di paragraf ini lah aku mengakhirinya.. semua yang terjalin diatas rasa sakit orang lain akan berakhir lebih menyakitkan.. sebelum semuanya terasa lebih menyakitkan.. aku mencukupkan rasa sakit ini. Rasa sakit pula yang kembali menyadarkan tentang cinta tentang kasih sayang dan tentang seseorang yang patut dipertahankan. Mungkin kamu akan menjadi orang yang pantas jika semuanya berawal pantas. Tapi menjadi orang yang salah karna berawal dari sebuah kesalahan. Biarlah waktu membawa semuanya kembali seperti sedia kala, membawa kembali pada cinta yang sesungguhnya.. cinta yang pantas diperjuangkan dan dipertahankan.. biarlah waktu membawa aku melupakan semua angan.. dan biarkan semuanya menjadi cerita usang.

 Jika waktu mengizinkan kita bertemu, biarkanlah tangan ini saling berjabat sebagai awal dari sebuah kebaikan untuk mengakhiri semua kesalahan.

 Untuk teman, dari seorang teman.